Kamis, 12 April 2012

MAKALAH KLASIFIKASI DRAMA

Diposting oleh Eva Listiana di 20.59

BAB I
PENDAHULUAN


A.       Latar Belakang
Naskah drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan (Waluyo, 2003: 2).  Perkataan drama berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak atau beraksi (Waluyo,2001:2), terdapat beberapa pendapat ahli yang mendefisinikan drama, seperti berikut ini : Balthazar Verhagen (dalam Andyasmara,1978:7) memberikan pengertian drama ialah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dalam gerak. Nurbaiti Jamalus dan Amir Hasan (1975:106) menyatakan bahwa drama ialah cerita yang ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, diperankan oleh pelaku-pelaku, sehingga penonton dapat melihat keseluruhan cerita itu dalam bentuk yang lebih nyata.
Lebih lanjut istilah drama dalam sejarah perkembangannya di Indonesia dikenal dengan beberapa istilah, diantaranya : Sandiwara, yang diambil dari bahasa Jawa “sandhi” dan “warah” yang berarti pelajaran yang diberikan secara diam-diam atau rahasia (sandi artinya rahasia dan warah artinya pelajaran) (Waluyo,2001:3). Lakon, yang berasal dari bahasa Jawa ini mempunyai arti perjalanan cerita (biasanya dikenal dalam pementasan wayang)
Sedangkan RMA. Harymawan (1988:2) menyebutkan bahwa teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah yang tertulis tanpa nyanyian, musik dan tarian. Oleh karena itu pementasan drama tentunya banyak menghadirkan cerita yang berbeda-beda antara pengarang yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat melahirkan klasifikasi drama.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan 3 komponen klasifikasi drama sebagai berikut :
1.         Mengapa ada klasifikasi drama ?
2.         Apa saja klasifikasi drama itu ?
3.         Bagaimana klasifikasi drama berdasarkan alirannya ?

A.       Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang muncul diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.                   Untuk mengetahui maksud klasifikasi drama.
2.                   Untuk mengetahui apa saja klasifikasi drama.
3.                   Untuk mengetahui klasidikasi drama berdasarkan alirannya.

B.       Manfaat Penelitian.
1.         Bagi Ilmu Pengetahuan
Yaitu sebagai pengembangan khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendukung teori yang berkaitan dengan topik masalah.
2.         Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
3.         Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.


BAB II
URAIAN PERMASALAHAN


A.      Penyebab Klasifikasi Drama
Klasifikasi drama didasarkan atas  tanggapan manusia terhadap  kehidupan. Berbicara pengertian drama secara luas kajiannya, tidaklah berkutat pada pengertian-pengertian semata, tetapi sebagai karya sastra.
Seorang pengarang drama dapat menghadapi kehidupan ini dari sisi yang menggembirakan dan sebaliknya dapat juga dari sisi yang menyedihkan. Dapat juga seseorang memberikan variasi antara sedih dan gembira mencampurkan dua sikap itu karena dalam  kehidupan yang real manusia tidak selalu sedih dan tidak selalu gembira. Karya yang sering memadukan dua sikap hidup manusia itu dipandang merupakan karya yang lebih baik karena kenyataan hidup yang dijumpai memang demikian adanya.
Seorang pengarang drama dapat menghadapi kehidupan dengan berbagai problemaktinya sehingga memberikan nuansa yang bervariasi baik dalam keadaan sedih maupun gembira dalam kehidupan dunia pentas (drama). Oleh karena itu pementasan drama tentunya banyak menghadirkan cerita yang berbeda-beda antara pengarang yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat melahirkan klasifikasi drama.
B.       Macam – macam Klasifikasi Drama
Menurut Waluyo ,klasifikasi drama pada abad XVIII, berdasarkan naskah drama, dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu :
1. Tragedi atau drama duka atau duka cerita
     Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar seorang tokoh agung atau tokoh-tokoh  lainnya terlibat dalam  permasalahan besar. Tokohnya adalah tragic hero artinya pahlawan yang mengalami nasib tragis . Tokoh -tokoh  tersebut dalam  kisah bencana ini dibuat penulis naskah dalam  harapan agar penontonnya memandang kehidupan secara optimis.
     Pengarang secara bervariasi ingin melukiskan keyakinannya tentang ketidak sempurnaanya seorang manusia. Pengarang berusaha untuk menempatkan dirinya secara tepat dalam kemelut kehidupan manusia itu. Kenyataan hidup yang dilukiskan berwarna romantis atau idealistis, sebab itu lakon yang dilukiskan seringkali mengungkapkan kekecewaan hidup karena pengarang mengharapkan sesuatu yang sempurna atau yang paling baik dari hidup ini. Misalnya: Mrs. Alving karya Henrik Ibsen dan Robert Mayo karya O’Neil.

2. Melodrama
     Melodrama adalah  lakon yang sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. Penggarapan alur dan penokohan yang kurang dipertimbangkan secara cermat, maka cerita yang dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak ternama (bukan tokoh agung seperti dalam tragedi). Dalam kehidupan sehari-hari sebutan melodramatik kepada seseorang seringkali merendahkan martabat orang tersebut karena dianggap berperilaku yang melebih-lebihkan perasaanya. Drama-drama Hamlet dan Macbeth disamping bersifat tragedi juga bersifat melodrama. Ada beberapa hal yang dilebih-lebihkan dalam kedua drama besar itu. Romeo dan Yuliet dipandang dari cintanya yang begitu tinggi juga dapat dinyatakan sebagai melodrama.

3. Komedi atau drama ria
Komedi adalah drama ringan  yang sifatnya menghibur dan didalamnya  terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang. Kelucuan bukan tujun utama, maka unsur dramatic dari komedi (meskipun bersifat ringan) masih tetap dipelihara.  Misalnya: Pak Belalang, Pak Pandir dan Abu nawas.

4. Dagelan Farce
Dagelan adalah banyolan. Seringkali jenis drama ini disebut dengan komedi murahan atau komedi picisan . Sering pula disebut tontonan konyol atau tontonan murahan. Dagelan adalah drama kocak dan  ringan dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik dan perkembangan cerita sang tokoh. Isi cerita dagelan ini biasanya kasar, lentur dan fulgar.
Sedangkan menurut Andyasmara ,mengklasifikasikan drama berdasarkan isinya dibedakan menjadi 9 (sembilan) macam diantaranya:
1) Tragedi  atau duka cerita yaitu drama yang penuh dengan kesedihan, kemalangan karena pelaku utama dari awal cerita sampai akhir pertunjukan senantiasa kandas dalam melawan nasib buruk,
2) Komedi atau suka cerita yaitu drama penggeli hati. Isi lakonnya penuh dengan sindiran .
3) Tragedi komedi atau suka-duka cerita yaitu drama yang penuh dengan kesedihan, tetapi juga hal-hal yang mengembirakan-menggelikan hati,
4) Opera yaitu drama yang berisiskan nyanyian dan musik pada sebagian besar penampilannya digunakan sebagai dialog,
5) Operette yaitu drama jenis opera namun ceritanya lebih pendek,
6) Tableau yaitu drama  tanpa kata-kata dari si pelaku, yang mirip dengan pantomime,
7) Dagelan yaitu suatu pementasan cerita yang sudah dipenuhi   unsur-unsur lawakan atau badutan,
8) Drama minikata yaitu drama yang pada saat dipentaskan boleh dikatakan hampir tidak menggunakan dialog sama sekali, hanya dengan menjalankan improvisasi saja dengan gerak-gerak teaterikal, dan 
9) Sendara tari yaitu seni drama tari tanpa dialog hanya penampilannya dalam bentuk tarian.
Elizabeth Lutters (2006:35) mengklasifikasikan drama menjadi beberapa jenis, yaitu drama tragedi, komedi, misteri, laga/ action, melodrama, dan drama sejarah.
a. Drama Tragedi
Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis ini di antaranya Romeo dan Juliet atau Ghost. Sementara contoh FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya Makhluk Tengah Malam yang ending-nya bercerita tentang si istri yang melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan kematian, tapi kekecewaan atau kesedihan. Oleh karena itu, cerita Makhluk Tengah Malam dapat digolongkan ke dalam jenis drama tragedi.
b. Drama Komedi
Jenis drama ini dapat digolongkan ke beberapa jenis lagi. Berikut yang termasuk dalam drama komedi.
1. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama jenis ini antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini antara lain Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, dan Kecil-Kecil Jadi Manten.
2. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman yang “culun” digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di antaranya The Mask dan Tarzan.
3. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh sinetronnya adalah Wong Cilik.
4. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya.

c. Drama Misteri
Jenis drama ini bisa dibagi lagi menjadi beberapa bagian.
1. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya atau suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis skenario memerkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton.
2. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus.
3. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur ghaib.
d. Drama Laga/ Action
Drama laga digolongkan menjadi dua, yaitu yang bersifat modern dan tradisional.
1. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini misalnya Deru Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan.
2. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. Beberapa sinetron yang termasuk jenis ini antara lain Misteri Gunung Merapi, Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo.
Untuk jenis drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai dialog panjang, tidak seperti skenario drama tragedi atau melodrama yang kekuatannya terletak pada dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan action sebagai daya tarik tontonannya. Penontonnya bisa merasakan semangat ketika menonton film ini.
e. Melodrama
Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis. Penulis skenario cerita jenis ini jangan terjebak untuk membuat alur yang lambat. Konflik harus tetap runtun dan padat. Justru dengan konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan semakin membuat penonton merasa kasihan dan bersimpati pada penderitanya. Contoh sinetron jenis ini antara lain Bidadari, Menggapai Bintang, dan Chanda.
f. Drama Sejarah
Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. Contoh film yang bercerita tentang peristiwa sejarah antara lain November 1828, G-30-S/PKI, Soerabaya ’45, Janur Kuning, atau Serangan Fajar. Sementara kisah yang menceritakan sejarah tapi lebih ditekankan pada tokohnya antara lain Tjoet Njak Dhien, Wali Songo, dan R.A. Kartini.
Tarigan membuat klasifikasi drama juga menurut genre-nya, yaitu :
                 a) Tragedi .Karya tragedy harus memenuhi syarat: Suatu lakon tragis haruslah berhubungan erat atau menggarap suatu subjek yang serius. Sang pahlawan atau pelaku utama dalam tragedi harus merupakan orang penting yang herois.  Insiden yang terdapat dalam tragedy haruslah wajar, apa yang harusnya terjadi harus terjadi. Serta rasa kasihan, sedih atau takut merupakan emosi-emosi utama pada karya tragedi.
                 b) Komedi. Ciri-ciri khas komedi: Mungkin memerankan suatu subjek yang serius dan mungkin pula suatu subjek yang ringan dalam tendensi yang ringan atau cerah. Memerankan kejadian yang mungkin dan seakan-akan terjadi. Segala yang terjadi muncul dari tokoh bukan dari situasi. Serta kelucuan sejenis humor yang serius
                 c) Melodrama. Ciri-ciri utama lakon melodrama: Memerankan suatu subyek yang serius, tetapi para tokohnya tidak seotentik yang terdapat dalam tragedi. Ada unsur-unsur perubahan yang masuk ke dalam melodrama. Rasa kasihan memang ada ditonjolkan, tetapi cenderung kearah sentimentalis. Serta tokoh utama biasanya menang dalam perjuangan.
                 d) Farce. Ciri-ciri utama farce: Kejadian dan tokoh-tokohnya mungkin terjadi dan ada, tetapi tidaklah begitu besar kemungkinan itu. Menimbulkan kelucuan seenaknya.  Serta bersifat episodik.



C.       Klasifikasi Drama Berdasarkan Alirannya
 Selain klasifikasi drama diatas, dapat juga dilihat dari alirannya dan sifat-sifatnya. Walaupun sifat tersebut tidak menjadi corak kaki (pijakan) tetapi hanya dapat menjadi ciri pokok saja karena tidak ada drama yang berpijak pada satu aliran atau sifat secara mutlak seratus persen, tetapi kecendrungan menganut lebih dari satu aliran atau sifat drama. Adapun klasifikasi drama berdasarkan aliran atau sifatnya, di antaranya :
1.         Aliran klasik. Drama dengan aliran ini mempunyai beberapa ciri-ciri; (1) tunduk pada hukum trilogy Aristoteles, (2) actingnya bergaya deklamasi, (3) drama lirik lebih banyak ditulis,(4) irama permainan lamban, banyak diselingi dengan monolog bersifat statis, dan (5) materi cerita bergaya Romawi dan Yunani (Waluyo,2001:57)
2.         Aliran romantik. Drama ini bertentangan dengan drama aliran klasik, dengan tidak mematuhi hukum drama tetap (trilogy Aristoteles), dengan ciri-ciri: (1) kebebasan bentuk,(2) isi yang fantastis dan sering tidak logis,(3) materinya bunuh-membunuh, teriakan dalam gelap, korban pembunuhan yang hidup kembali dan tokoh-tokohnya sentmentil,(4) mementingkan keindahan bahasa, (5) dalam penyutradaraan segi visual ditonjolkan, dan (6) actingnya bombastis, bernafsu, mimic yang berlebih-lebihan (Harymawan,1988:84)
3.         Aliran realis, dalam hal ini naskah yang ditampakkan lebih pada pencapaian ilusi atas penggambaran kenyataan dalam pentas. Terdapat dua realisme, yaitu: (1) reslisme sosial dengan ciri-ciri; a) peran-peran utama biasanya rakyat jelata, petani, buruh dan sebagainya, b) aktingnya wajar seperti yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. (Harymawan, 1988:85) dan (2) realisme psykologis, dengan ciri-ciri; a) lebih menonjolkan aspek kejiwaan tokoh atau lakon, b) settingnya bersifat wajar dengan intonasi yang tepat, c) suasana digambarkan dengan simbolik (perlambangan), dan d)lebih mementingkan konflik psikologis dari pada konflik fisik (Waluyo, 2001:58)
4.         Aliran ekspresionis, ialah seni menyatakan dengan menonjolkan perasaan atau pikiran pengarang, dengan ciri-ciri: (1) pergantian adengan cepat, (2) penggunaa pentas ekstrem, dan (3) fragmen-fragmen yang film-isme (meniru gaya dan cara film) (Harymawan, 1988:86)
5.         Aliran naturalis, aliran ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari realisme dengan menampakkan kenyataan yang digambarkan diusahakan mungkin dengan kenyataan alam (natural), sehingga penampilan mendekati alam sesungguhnya, dan bukan alam tiruan (lukisan dekor semata)
6.      Aliran eksistensialis, dengan menampilkan tokoh-tokoh yang sadar akan esksistensi (keberadaan) dalam drama yang mengutamakan kebebasan tokoh (kemandirian kuat) akan rohaniyah dan jasmaniah bahkan dikatakan mutlak. Kemandirian menjadi ciri-ciri eksistensi diri yang hendak membentuk kebebasan setinggi-tingginya. Oleh karena itu sang tokoh bicara seenaknya, sehingga lakon kehilangan kontek dengan  lawan bicaranya.



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Klasifikasi drama didasarkan atas jenis tanggapan pengarang drama yang dapat menghadapi kehidupan ini dari sisi yang menggembirakan dan sebaliknya dapat juga dari sisi yang menyedihkan. Dapat juga seseorang membuat karya yang sering memadukan dua sikap hidup manusia itu dipandang merupakan karya yang lebih baik karena kenyataan hidup yang dijumpai memang demikian adanya, misalnya berbentuk • Tragedi atau drama duka atau duka cerita • Melodrama • Komedi atau drama ria • Dagelan Farce. Klasifikasi drama berdasarkan aliran. Sifat-sifat drama berdasarkan aliran tidak bercorak kaki tetapi hanya merupakan ciri pokok saja. Tidak ada drama yang seratus persen mengikuti salah satu aliran tertentu. • Aliran Klasik • Aliran Romantik • Aliran Realisme • Aliran Ekspresionisme • Aliran Natularisme • Aliran Eksistensialisme
B.       Saran
Drama yang termuat dalam karya sastra Indonesia ini memuat banyak unsur maupun jenis dalam pementasan ceritanya. Untuk itu siswa/mahasiswa maupun pencinta drama yang lainnya harus mempelajari masalah drama dalam pelajaran ini, maupun klasifikasinya supaya mereka mampu menganalisa maupun mengetahui bentuk-bentuk drama dan lainnya yang berkaitan dengan drama.


DAFTAR PUSTAKA

Waluyo, herman. 2001. Drama teori dan pengajaranya.Yogyakarta: PT Hanindita Graha http://rumahterjemah.com/lainnya/resuman-buku-pengajaran-drama/, diakses 19 Maret 2012 pukul 20.04
Tarigan, H.G. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

0 komentar:

Posting Komentar

 

CATATAN KU Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea