FRASA
Pengertian Frasa
Banyak
sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan
ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari
dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa
juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M.
Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan
tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak
apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat,
objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
gedung
sekolah itu
yang
akan pergi
sedang
membaca
sakitnya
bukan main
besok
lusa
di
depan.
Jika
contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
Gedung
sekolah itu(S) luas(P).
Dia(S)
yang akan pergi(P) besok(Ket).
Bapak(S) sedang
membaca(P) koran sore(O).
Pukulan
Budi(S) sakitnya bukan main(P).
Besok
lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
Bu
guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).
Jadi,
walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi.
Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang
merupakan pemadu kalimat.
Contoh:
Mereka(S) sering terlambat(P).
Mereka(S) terlambat(P).
Ket:
( _ ) frasa.
Pada
kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa.
Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk
frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai
pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri
dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari
kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari
satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya
yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah
frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang
terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum
mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang
fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi
sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel),
dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari
Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
Subjek
dan Predikat.
Bagian
yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau
Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat
yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang
tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang
belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi
tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar?
Jawabannya ‘mereka itu’.
Berupa
frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa
nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
Jika
diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat
dapat diberi partikel –kal.
Contoh:
Merka
itu(S) sedang belajar(P).
Sedang
belajarkah mereka itu?
Merekakah
sedang belajar? (salah)
Objek dan
Pelengkap.
Objek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek
mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau
semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba
intransitif(tidak memerlukan objek).
Objek
dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
Transitif(memerlukan
objek)
Orang
itu(S) menjual(P). (Salah)
Orang
itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
Semi-transitif
(bisa atau tidak perlu objek)
Orang
itu(S) minum(P).
Orang
itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
Es
kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
Intransitif(tidak
memerlukan objek).
Tidak
lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
Semi-lengkap.
Orang
itu(S) berjualan(P).
Orang
itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
Lengkap.
Organisasi
itu(S) berlandaskan(P). (salah)
Organisasi
itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
Keterangan.
Keterangan
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
Berupa
frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
Mudah
dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat
dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket)
orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
Jenis
Frasa
Jenis
frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan
unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
Berdasarkan
Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua,
yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
Frasa
Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu
yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa
yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat
tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata
mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah
frasa endosentris.
Frasa
endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
Frasa
Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah
unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat
diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
rumah
pekarangan
suami
istri dua tiga (hari)
ayah
ibu
pembinaan
dan pembangunan
pembangunan
dan pembaharuan
belajar
atau bekerja.
Frasa
Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur
pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa
yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
pembangunan lima
tahun
sekolah Inpres
buku baru
orang itu
malam ini
sedang belajar
sangat bahagia.
Kata-kata
yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat,
sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
Frasa
Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur
pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi
bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad,
anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad,
…….sedang belajar.
……….anak
Pak Sastro sedang belajar.
Unsur
‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan
aposisi. Contoh lain:
Yogya,
kota pelajar
Indonesia,
tanah airku
Bapak
SBY, Presiden RI
Mamad,
temanku.
Frasa
yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa
endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan
ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi
atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
Frasa
Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan
unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah
frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa di teras.
Berdasarkan
Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan
kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
Frasa
nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa
nomina itu berupa:
nomina
sebenarnya
contoh:
pasir
ini digunakan utnuk mengaspal jalan
pronomina
contoh:
dia
itu musuh saya
nama
contoh:
Dian
itu manis
kata-kata
selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin
itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua
itu sedikit
dia berlari → berlari
itu menyehatkan
kata rajin pada
kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya
frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa
verba.
Frasa
Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara
morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara
sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif,
dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’,
dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara
morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara
sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Frasa
Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya
dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya.
Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada
pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang
mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang
terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan
(memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi
bisa diberi kata ‘sangat’).
Frasa
Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia.
Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu.
Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah,
dan lain-lain.
Contoh:
dua
buah
tiga
ekor
lima
biji
duapuluh
lima orang.
Frasa
Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda
dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata
atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
Frasa
Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah
predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa,
mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P)
di situ.
Dalam
buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa
tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang
termasuk dalam kategori konjungsi.
KLAUSA
Pengertian Klausa
Klausa
ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
(Kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar
kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah
S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat
luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan,
1981:62.
Dari
definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas predikat, baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap,
keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari kalimat. Penanda klausa adalah
P, tetapi yang menjadi klausa bukan hanya P, jika mempunyai S, klausa terdiri
atas S dan P. Jika mempunyai S, klausa terdiri dari atas S, P, dan O. jika
tidak memiliki O dan Ket, klausa terdiri atas P, O, dan Ket. Demikian
seterusnya.Penanda klausa adalah P, tetapi yang dianggap sebagai unsure inti klausa
adalah S dan P.
Penanda
klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bias juga tidak muncul
misalnya dalam kalimta jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi.
Contoh :
Pertanyaan
: kamu memanggil siapa?
Jawaban
: teman satu kampus à S dan P-nya dihilangkan.
Contoh
pada bahasa tidak resmi : saya telat! à P-nya
dihilangkan.
Klausa
merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa
belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai
intonasi lengkap yang ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan
akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Klausa sudah pasti
mempunyai P, sedangkan kalimat belum tentu mempunyai P.
Jenis-jenis Klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah (1) Klasifikasi klausa
berdasarkan struktur internnya (BSI), (2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), dan (3) Klasifikasi klausa
berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF). Berikut hasil
klasifikasinya :
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan
demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai
unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa
berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua
unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi
berdasarkan urutan S dan P menjadi :
Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya
mendahului P. Contoh :
Kondisinya sudah baik.
Rumah itu sangat besar.
Mobil itu masih baru.
Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya
mendahului S. Contoh :
Sudah baik kondisinya.
Sangat besar rumah itu.
Masih baru mobil itu.
Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang
tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S
saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur
negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai
tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh :
Ariel seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
Mereka pergi ke kampus.
Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai
adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Ariel bukan seorang
penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu belum mengerjakan
tugas.
Mereka tidak pergi ke
kampus.
Kata negasi yang terletak di depan P
secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan
P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik
dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak
mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan
bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu
apapun', maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia
tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori
frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki
fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh :
Dia seorang sukarelawan.
Mereka bukan sopir angkot.
Nenek saya penari.
Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :
Adiknya sangat gemuk.
Hotel itu sudah tua.
Gedung itu sangat tinggi.
Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh :
Anaknya lima ekor.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Contoh :
Sepatu itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Jakarta.
Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya
berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang
bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya
kamu dan wakilnya saya.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya
untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya
untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki
potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang
berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa
tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat
yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian
yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas,
tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di
jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang
bersalah.
Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak
memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi
kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam,
judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa
pun selain dari orang tuanya.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria
tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat
mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat,
klausa dapat dibedakan atas :
Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak
menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal
itu.
Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki
fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
Analisis Klausa
Klasifikasi dapat dianalisis berdasarkan
tiga dasar, yaitu :
Berdasarkan fungsi unsur-usurnya
Berdasarkan kategori kata atau frase yang
menjadi unsurnya
Berdasarkan makna unsur-unsurnya.
Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi
Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional
yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu
bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri
dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P,
pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung
selalu ada dalam klausa ialah P.
S dan P
Contoh : Budi(S) tidak berlari-lari(P) èTidak
berlari-lari(P) Budi(S)
Badannya(S) sangat lemah(P) è Sangat
lemah(P) badannya(S)
O dan Pel
P mungkin terdiri dari golongan kata
verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan
mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan
kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Contoh :
Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(P)
pentas seni(O).
Pentas seni(S) akan dislenggarakan(P)
kepala sekolah(O)
KET
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi
S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan
Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya
letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara
S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin
terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu
menduduki tempat langsung dibelakang P. Contoh :
Akibat banjir(Ket) desa-desa itu(S)
hancur(P)
Desa-desa itu(S) hancur(P) akibat
banjir(O)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata
atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata
atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis
kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan
merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
Contoh :
Aku
|
Sudah
menghadap
|
Komandan
|
Tadi
|
|
F
|
S
|
P
|
O
|
Ket
|
K
|
N
|
V
|
N
|
Ket
|
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna
dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis fungsional klausa
dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam
analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P
terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N,
V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
Fungsi-fungsi itu disamping terdiri dari
kategori-kategori kata atau frase juga terdiri dari makna-makna yang sudah
barang tentu makna unsur pengisi fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh
unsur pengisi fungsi yang lain. Contoh :
Dinda
|
Menemani
|
Adiknya
|
Di
tempat tidur
|
Beberapa
saat
|
|
F
|
S
|
P
|
O
|
Ket
1)
|
Ket
2)
|
K
|
N
|
V
|
N
|
FD
|
N
|
M
|
Pelaku
|
Pembuatan
|
Penderita
|
Tempat
|
Waktu
|
Makna Unsur Pengisi P
Menyatakan makna
"Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi
P menyatakan makna "Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan
oleh "pelakunya" yaitu 'Dinda'
Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
RUMAH itu sangat besar
Lukanya sangat parah
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya
merupakan makna keadaan.
Makna keadaan dapat dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu :
Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah
berubah. Misalnya :
Rumah itu sangat bersih
Kami sudah mengantuk
Keadaan yang relatif lama dan
kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semcam ini secara khusus
disebut sifat. Misalnya :
Mahasiswa itu sangat rajin
Perempuan itu ramah sekali
Pohon cemara itu sangat tinggi
Keadaan yang merupakan runtutan perubahan
keadaan yang disebut proses. Misalnya :
Hujannya mereda
Pengaruhnya semakin meluas
Keadaan yang merupakan pengalaman
kejiwaan. Misalnya :
Orang itu dapat memahami keinginan
anaknya.
Setiap orang menyukai perbuatan
baik
Orang itu sangat sayang kepada
binatang
Menyatakan Makan 'Keberatan"
Contoh : Para tamu di ruang
depan
Ariel berada diruang baca
Dinda tinggal di luar
kota
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi
unsur pengisi P tidak menyatakan makna "perbuatan" dan
"keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan".
Menyatakan makna "pengenal"
Contoh : orang itu adalah pegawai
kedutaan
Mereka adalah imahasiswa Um
Dia adalah teman kecil saya
Menyatakan makna "jumlah"
Contoh : Rumah itu dua rumah
Anak orang itu lima
Kaki meja itu empat
Menyatakan makana "perolehan"
Contoh : Ariel memiliki mobil
Dinda mendapat hadiah
Sayur-sayuran itu mengandung banyak
vitamin
Makna Unsur Pengisi S
Menyatakan Makna "pelaku"
Contoh : Seorang perempuan tua membeli
beras.
Mahasiswa mengerjakan beberapa tes.
Menyatakan makna "alat"
Contoh : Truk-truk itu mengangkut beras.
Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya.
Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Banjir besar itu menghancurkan
kota.
Kamar itu panas karena perapian.
Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Benda itu dipukulkannya dengan
batu lain.
Jalan-jalan sedang diperbaiki.
Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Rumah-rumah banyak didirikan
pemerintah.
Novel itu dikarang oleh pengarang muda
dari kalimantan.
Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Para turis banyak berkunjung ke
pantai kutai.
Gua itu belum pernah dimasuki orang.
Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Seorang ayah membelikan sepeda
baru untuk anaknya
Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya
Menyatakan makna "pengalaman"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
Lukanya membesar
Menyatakan makna "dikenal"
Contoh : Orang itu pegawai kedutaan
Dia adalah teman saya
Menyatakan makna "terjumlah"
Contoh : Kaki meja itu empat
Anak orang itu lima
Makna Unsur Pengisi O (1)
Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Ia menebang pohon.
Seorang laki-laki menurunkan dua koper.
Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Ahmad membeli buku baru untuk
anaknya.
Dinda membelikan baju baru bagi anaknya.
Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Banyak turis mengunjungi candi
Borobudur.
Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya.
Menyatakan makna "alat"
Contoh : Polisi menembak penjahat dengan
pistolnya
Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon.
Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Pemerintah membuat jalan-jalan
baru.
Makna Unsur Pengisi O (2)
Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Ariel membelikan anaknya
buku baru.
Menyatakan makna "hasil".
Contoh : Penjahit membuatkan kebaya
ibu.
Makna Unsur Pengisi PEL
Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Banyak mahasiswa belajar
bahasa jerman.
Menyatakan makna "alat".
Contoh : Ia bersenjatakan bambu runcing.
Makna Unsur Pengisi KET
Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Aku mengitari rumah dari
samping.
Menyatakan makna "waktu"
Contoh : Bapak kepala daerah pergi ke
Jakarta kemarin.
Menyatakan makna "cara"
Contoh : Pencuri itu lari dengan
skripsi.
Menyatakan makna "peserta"
Contoh : Ariel senang bercakap-cakap
denganku
Menyatakan makna "alat"
Contoh : Anak itu menulis dengan
tangan kiri.
Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Orang itu menjadi gila
karena tekanan hidup.
Menyatakan makna "pelaku"
Contoh : Senayan mulai dihuni oleh
beberapa olahragawan.
Menyatakan makna "keseringan"
Contoh : Ariel telah menyerukan kata
awas beberapa kali.
Menyatakan makna "perbandingan"
Contoh : Ariel sangat pandai seperti
kakaknya.
Menyatakan makna "perkecualian"
Contoh : Anak-anak itu tidak boleh
masuk kecuali saya.
MAKNA PENGISI UNTUK UNSUR KLAUSA
Predikat
|
subjek
|
Objek (1)
|
Objek (2)
|
Pelengkap
|
Keterangan
|
Pembuatan keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
Pemerolehan
|
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pengalaman
Dikenal
Terjumlah
|
Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
|
Penderita
Hasil
|
Penderita
Alat
|
Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian
|
Pengertian Kalimat
Untuk
memperoleh pengertian yang jelas tentang kalimat dikemukan. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan Tasai, 2002: 58).Panjang
atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat
pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau
keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya
(Wijayamartaya, 1991: 9).
Pendapat
laing mengatakan, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6). Menurut
Kridalaksana, kalimat adalah suatu bahasa yang secara relative berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final, dan baik secara actual maupun potensial terdiri
dari klausa (Kridalaksan dkk, 1984:224). Satu bagian nujaran yang didahului dan
diikuti kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu
sudah lengkap, adalah kalimat (Keraf, 1978: 156).
kalimat
adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan
akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
Macam-macam
Kalimat
Kalimat
dapat diklasifikasikan berdasarkan dengan: (1) jumlah dan kenis klausa yang
terdapat di dalamnya, (2) jenis response yang diharapkan, (3) sifat hubungan
actor_aksi, dan (4) ada tidaknya unsure negative pada kalimat utama.
Berdasarkan
jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas
kalimat minor dan kalimat mayor.
Kalimat
minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali
tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:
Kalimat
minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap,
atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana
(Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur
dibedakan atas:
Kalimat
elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari
klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah
saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
Kalimat
jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas pentanyaan-pertanyaan.
Contoh
:
(Ada
yang kau bawa itu?) Lukisan.
Kalimat
sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari
kalimat majemuk subordinat.
Contoh
:
cepat)
Meskipun
hujan. (Dia tetap datang)
Kalimat
urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga
menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru,
1985:263)
Contoh
:
Karena
itu, harga minyak naik.
Kalimat
minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian
wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
Panggilan.
Contoh :
Bakso!
Seruan,
biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Contoh
:
Halo!
Judul,
merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.
Contoh
:
Dampak
negative penayangan TV.
Semboyan,
yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau
kelengkapan sebuah klausa.
Contoh
:
Bersatu
kita teguh, bercerai kita runtuh.
Salam
Contoh
:
Selamat
pagi!
Inskripsi,
yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau persembahan
pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).
Contoh
:
Untuk
para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.
Kalimat
mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas.
Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja.
Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang inti
saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat
dibedakan atas:
Kalimat
majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu klausanya menduduki
: (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain atau (b) atribut dari
salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh
:
Yang
berkaca mata hitam itu teman saya.
Orang
itu badannya sangat gemuk.
Polisi
telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
Kalimat
majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak menduduki
fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri, 1985:316).
Contoh
:
Semalam
suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
Mula-mula
dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
Dalam
perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri yang
dibunuh.
Kalimat
majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang klausa-klausanya
mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek, predikat objek, maupun
keterangan.
Contoh
:
Rumah
itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
Saya
mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
Dengan
susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya tinggal menempati
saja.
Berdasarkan
response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
Kalimat
pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa
mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat pernyataan ini
yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan)
dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti silahkan,
dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).
Contoh
:
Cita-cita
anak itu sangat mulia.
Saya
tidak membawa uang sama sekali.
Menurut
teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
Kalimat
pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response yang berupa
jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya yang bernada
akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat pertanyaan. Nada akhir
kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?) dalam bahasa tulisan.
Contoh
:
Kakak
sudah menikah?
Mengapa
anak itu tidak tidur?
Siapa
pemilik rumah itu?
Kalimat
perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa
tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai dengan tanda seru
(!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat perintah itu
menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah. Kalimat
perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah,
digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat.
Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan.
Contoh
:
Masuklah!
Marilah
kita belajar bersama-sama!
Jangan
membuang sampah di sembarang tempat!
Berdasarkan
hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor. Subjek
kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.
Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat
kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat
dikombinasikan dengan –I atau –kan.
Contoh
:
Anak
itu memetik bunga di taman.
Ayah
membelikan kakak baju baru.
Pembantu
itu sedang menyapu halaman.
Kalimat
pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam
kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh
predikat kalimat tersebut.
Predikat
kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat
bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan
verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh
:
Badannya
dilumuri minyak.
Kita
apakan barang-barang ini?
Tidak
terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
Kalimat
medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun
sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh
:
Jangan
menyiksa diri sendiri.
Wanita
itu berhias di depan cermin.
Kalimat
respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu pebuatan
yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat
respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului oleh kata dasarnya,
verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba dasar yang
diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang berprefiks me-
atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).
Contoh
:
Kedua
Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
Dua
bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
Pemuda-pemuda
tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
Bedasarkan
ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
Kalimat
firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure
negative, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh
:
Petani
itu membajak sawah.
Di
Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.
Kami
mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.
Kalimat
negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure negative,
peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan. Unsure
negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan frase
preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada umumnya
dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase pronominal. Unsure
negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat printah (samsuri,
1985:250)
Contoh
:
Sedikitpun
aku tidak ingin berbuat jahat.
Bukan buku
itu yang saya cari.
Jangan kau
biarkan adikmu bergaul dengan dia.
Pengertian Sintaksis
Banyak pengertian dan definisi tentang
sintaksis. Tentu saja diantara definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli
tersebut, memiliki persamaan maupun perbedaan, baik dalam jumlah aspek yang
tercakup di dalamnya, maupun redaksi atau kata-kata yang digunakannya.
Sintaksis secara etimologis berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi
kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim,
dkk:1). Pendapat lain mengatakan, sintaksis adalah studi kaidah kombinasi kata
menjadi satuan yang lebih besar, frase dan kalimat (Moeliono, 1976:103). Dan
definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis
adalah frase dan ka1imat, dengan kata sebagai satuan dasarnya. Sintaksis
(Yunani:Sun + tattein = mengatur bersama-sama) ialah bagian dari tata bahasa
yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu
bahasa. (Keraf, 1978:153). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kalimat adalah satuan terbesar dalam sintaksis dan setiap bahasa
mempunyai kaidah sintaksis tersendiri yang tidak dapat diterapkan begitu saja
pada bahasa yang lain.
Bidang sintaksis (Inggris, syntax)
menyelidiki semua hubungan antar kelompok kata (atau antar-frase) dalam satuan
dasar sintaksis itu. Sintaksis itu mnempelajari hubungan gramatikal di luar
batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (verhaar, 1981:70).
Istilah sintaksis (Belanda, syntaxis)
ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001:18).
Dari definisi-definisi yang telah
dikemukakan para ahli bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah
bagian dari tata bahasa yang membicarakan kaidah kombinasi kata menjadi satuan
gramatik yang lebih besar yang berupa frase, klausa, dan kalimat, serta
penempatan morfem-morfem supra sekmental (intonasi) sesuai dengan struktur
sematik yang diinginkan oleh pembicara sebagai dasarnya.
Cakupan Sintaksis
Pembahasan sintaksis mencakup frase,
klausa, kalimat, dan morfem-morfem suprasegmental (intonasi). Tetapi, dalam
sintaksis, pembicaraan mengenai jenis kata mutlak diperlukan, karena (1)
struktur frase dan kalimat hanya dapat dijelaskan melalui penggolongan
(penjenisan) kata (Ramlan, 1976:27), dan (2) Studi tentang kalimat suatu bahasa
yang merupakan rangkaian yang berstruktur dari kata-kata, tidak akan banyak
artinya tanpa mempelajari yang unsur-unsur itu sendiri (Samsuri, 1985:74).
Memang, kelas (jenis) kata tau kategori kata adalah bagian dari sintaksis
(Kridalaksana, 1986:31).
Dengan demikia, aspek-aspek ketatabahasaan
yang tercakup dalam sintaksis adalah jenis kata, frase, klausa, kalimat, dan
morfem-morfem
0 komentar:
Posting Komentar